UNIZAR NEWS, Lombok Tengah – Peran perempuan dalam penegakan hukum semakin menonjol, salah satunya melalui kiprah Pipin Setyaningrum, SH, alumni Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar (UNIZAR) yang saat ini menjabat sebagai Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Kanit PPA) di Polres Lombok Tengah. Dalam wawancara Staf Humas dan Publikasi UNIZAR melalui WhatsApp, pada Senin (17/03/25), Pipin berbagi pengalaman serta tantangan yang dihadapinya dalam menangani kasus-kasus terkait perempuan dan anak.
Mengawali percakapan, Pipin mengungkapkan bahwa ilmu yang diperolehnya selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum UNIZAR sangat membantunya dalam menjalankan tugas sehari-hari. “Selama kuliah di UNIZAR, saya bisa memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat dalam menunjang tugas saya sehari-hari. Saya bisa saling mengisi antara ilmu yang saya dapat dengan pengalaman kerja di kantor,” ujarnya.
Menurut Pipin, pendidikan hukum tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga membentuk pola pikir kritis dan kemampuan analitis yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja, terutama di bidang penegakan hukum.
Sebagai Kanit PPA, Pipin banyak menangani kasus yang melibatkan perlindungan perempuan dan anak, yang sering kali penuh dengan tantangan emosional dan teknis. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah kesabaran dalam menghadapi anak-anak dengan karakter yang beragam, serta kesulitan dalam mendapatkan alat bukti yang cukup. “Tantangan terbesar harus dihadapkan dengan kesabaran yang maksimal. Sangat sulit menghadapi anak-anak yang mempunyai sifat dan karakter beraneka ragam, serta kurangnya alat bukti suatu perkara. Di satu sisi, kami sebagai penegak hukum harus mengungkap suatu perkara atau kejadian,” ungkapnya.
Meskipun penuh tantangan, Pipin tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi korban dan memastikan keadilan dapat ditegakkan.
Terkait dengan peran aparat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perlindungan perempuan dan anak di Lombok Tengah, Pipin menegaskan bahwa aparat penegak hukum memiliki peran yang cukup besar. Namun, ia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dan keluarga dalam membentuk kesadaran tersebut. “Aparat penegak hukum cukup berperan, tapi menurut saya pemerintah juga lebih punya peran terhadap warganya. Orang tua sangat dibutuhkan dalam mengambil peran, karena anak melekat 24 jam bersama orang tua. Jadi, pengawasan terhadap anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang mereka,” jelasnya.
Menurutnya, pencegahan sejak dini melalui edukasi kepada keluarga dan masyarakat sangat penting agar kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat diminimalisir.
Bagi mahasiswa Fakultas Hukum UNIZAR yang bercita-cita berkarier di kepolisian atau bidang hukum lainnya, Pipin memberikan pesan inspiratif. Ia menekankan bahwa ilmu dan pengalaman tidak hanya didapat di lingkungan kerja, tetapi juga selama menempuh pendidikan tinggi. “Ilmu dan pengalaman tidak hanya bisa didapat di lingkungan kerja, tetapi dengan kuliah kita bisa bertemu dengan orang-orang hebat untuk berbagi ilmu dan pengalaman,” katanya.
Menutup wawancara, Pipin memberikan pandangannya mengenai perkembangan hukum di Indonesia, khususnya dalam hal perlindungan hak-hak perempuan dan anak. Ia menilai bahwa hukum terkait perempuan dan anak semakin berkembang dengan adanya banyak referensi yang harus dipelajari sebagai dasar dalam melakukan penegakan hukum. “Hukum mengenai perempuan dan anak semakin berkembang dan semakin banyak referensi yang harus kita pelajari sebagai dasar untuk melakukan penegakan hukum. Karena masalah perempuan dan anak banyak melibatkan lembaga dan instansi, tentu kita juga harus berkoordinasi untuk melakukan pelayanan dan perlindungan bagi perempuan dan anak,” tutupnya.
Dengan semangat dan dedikasinya, Pipin Setyaningrum, SH, menjadi contoh nyata bagaimana alumni UNIZAR dapat berkontribusi langsung dalam penegakan hukum dan perlindungan bagi kelompok rentan di masyarakat. Kisahnya menjadi inspirasi bagi generasi muda yang ingin berkarier di dunia hukum dan kepolisian. (Asmadi/Humas)