UNIZAR NEWS, Mataram – Studio RRI Mataram dipenuhi oleh suasana antusias untuk menyimak dan memahami lebih dalam tentang isu kesehatan global yang kian menjadi perhatian, yaitu stunting, pada Rabu, 6 November 2024. Dialog NTB Pagi ini, yang mengangkat tema “Penjelasan Stunting Secara Global,” merupakan hasil kerja sama antara Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Mataram dan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar (UNIZAR). Acara ini adalah tindak lanjut dari kolaborasi yang telah dibentuk pada 19 Juli 2024 lalu.
Pada kesempatan ini, drg. Sabrina Intan Zoraya, M.K.M., Ketua UNIZAR LEARNING CENTRE (ULC) sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran UNIZAR, bersama Dany Karmila, S.KM., M.Kes., Manajer SDM dan Dosen Fakultas Kedokteran UNIZAR, hadir sebagai narasumber. Dipandu oleh presenter Yunia Herawati, diskusi ini mengungkap berbagai sisi dari fenomena stunting, mulai dari penyebab, dampak, hingga langkah pencegahan yang dapat diambil.
Dalam pemaparannya, drg. Sabrina Intan Zoraya, M.K.M., menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Stunting bukan hanya berdampak pada tinggi badan anak yang di bawah rata-rata, tetapi juga berpotensi mengganggu perkembangan kognitif dan motorik anak.
“Stunting terjadi karena asupan gizi yang tidak mencukupi dan masalah infeksi yang berulang pada anak. Ada pula faktor lain yang bersifat tidak langsung, seperti rendahnya kondisi sosial ekonomi keluarga, rendahnya pendidikan orang tua, dan sanitasi lingkungan yang kurang memadai,” jelas drg. Sabrina. Hal ini menunjukkan bahwa stunting tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga sosial.
Dany Karmila, S.KM., M.Kes., menambahkan pentingnya pemantauan tinggi badan anak sejak dini untuk mendeteksi kemungkinan stunting. Berdasarkan standar pertumbuhan WHO, seorang anak dikategorikan stunting bila tinggi badannya berada di bawah dua standar deviasi dari rata-rata. Untuk anak laki-laki usia 1 tahun, tinggi badan kurang dari 71,0 cm, dan untuk anak perempuan kurang dari 68,9 cm, termasuk dalam kategori ini.
“Setiap posyandu sudah dilengkapi alat ukur tinggi badan dan berat badan untuk memastikan deteksi dini. Penting bagi orang tua untuk memanfaatkan fasilitas ini agar pertumbuhan anak dapat terpantau secara rutin,” ungkap Dany Karmila. Ia juga menekankan bahwa seribu hari pertama kehidupan, dimulai dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, merupakan periode kritis yang menentukan kualitas pertumbuhan anak.
Sebagai langkah lanjutan, RRI Mataram dan Fakultas Kedokteran UNIZAR berharap masyarakat NTB semakin sadar akan pentingnya asupan gizi yang cukup sejak dini. Edukasi mengenai pentingnya perbaikan gizi ibu hamil dan anak balita serta perbaikan sanitasi lingkungan menjadi salah satu cara untuk menekan angka stunting di Indonesia, khususnya di NTB.
Dengan adanya acara seperti Dialog NTB Pagi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami stunting dan melakukan tindakan preventif untuk mencegahnya. (Asmadi/Humas)