email : mail@unizar.ac.id

Mengembangkan Keripik Tempe dengan Inovasi: Kisah Inspiratif Mahasiswi Akuntansi UNIZAR, Baiq Qistinnisa

Baiq Qistinnisa, mahasiswa semester VI Program Studi Akuntansi FEB UNIZAR, di Lobby Rektorat UNIZAR, pada Senin (15/07/24)

UNIZAR NEWS, Mataram – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus berkembang pesat di berbagai daerah, termasuk di Desa Kopang Rembiga, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah. Salah satu kisah inspiratif datang dari Baiq Qistinnisa, mahasiswa semester VI (enam) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Al-Azhar (UNIZAR), yang berhasil mengembangkan usaha keripik tempe keluarganya sejak tahun 2014.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan staf Humas dan Publikasi UNIZAR, pada Senin (15/07/24), Baiq Qistinnisa berbagi cerita tentang usaha keripik tempe yang dirintis oleh kedua orang tuanya, Ibu Nuriati dan Bapak Lalu Safrudin. Qisti, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa inspirasi orang tuanya untuk memulai usaha keripik tempe berasal dari banyaknya UMKM di desa mereka. “Di desa kami banyak UMKM, seperti pisang sale dan keripik singkong. Orang tua saya ingin membuat inovasi baru, yaitu keripik tempe, dan ternyata konsumen menyukainya, sehingga usaha ini lancar,” ujar Qisti.

Mengembangkan resep dan proses produksi keripik tempe bukanlah tugas yang mudah. Qisti mengungkapkan bahwa ibunya sering mencoba berbagai macam resep dari luar sebelum menemukan rasa yang cocok. “Mungkin ibu saya pernah mencicipi keripik-keripik dari luar, lalu mencoba membuat sendiri. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya menemukan resep yang cocok dan hingga kini terus berjalan,” jelasnya.

Dalam menjalankan bisnis keripik tempe, tantangan terbesar yang dihadapi oleh Qisti dan keluarganya adalah persaingan. Banyak pesaing yang mencoba meniru inovasi mereka. Namun, Qisti dan keluarganya berhasil mengatasi tantangan ini dengan menetapkan cita rasa yang khas dan memperbaiki kemasan. “Kami menetapkan cita rasa yang khas dan menambahkan varian rasa seperti balado. Selain itu, kami juga memperbaiki kemasan produk. Produk inipun sudah dilengkapi dengan sertifikat P-IRT dan halal,” kata Qisti.

Keripik Tempe UD. Asri yang dirintis kedua orang tua Baiq Qistinnisa

Pemasaran produk yang diberi nama keripik tempe UD. Asri ini juga menjadi perhatian utama Qisti. Awalnya, mereka hanya menjual ke tetangga dan warung-warung sekitar. Seiring waktu, usaha mereka berkembang dengan adanya pengampas yang membawa produk ke luar desa. “Kami juga mencantumkan alamat dan nomor telepon di stiker kemasan, sehingga orang-orang yang suka dengan produk kami bisa memesan lewat telepon. Sekarang, kami juga menjual lewat online,” ujar Qisti.

Qisti memiliki rencana besar untuk mengembangkan bisnis keripik tempe keluarganya. Ia ingin usahanya semakin besar dan mampu menciptakan lebih banyak lapangan kerja. “Rencana ke depan, saya ingin usaha ini semakin besar, sehingga bisa mengurangi pengangguran dengan membuka peluang kerja baru,” tuturnya.

Selain itu, Qisti juga terus mencoba berbagai inovasi produk, seperti menambahkan varian rasa dan kemasan yang berbeda. “Kami sedang mencoba menambahkan varian rasa baru dan melihat apakah konsumen suka atau tidak. Kami juga mengembangkan kemasan dari yang awalnya hanya Rp1.000, kini ada yang Rp5.000 dan Rp10.000,” ungkap Qisti.

Kisah Baiq Qistinnisa dan usaha keripik tempe keluarganya merupakan contoh inspiratif tentang bagaimana inovasi dan dedikasi dapat mengembangkan bisnis UMKM. Dengan terus berinovasi dan menghadapi tantangan, Qisti dan keluarganya berharap dapat membawa usaha keripik tempe mereka ke tingkat yang lebih tinggi dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar. (Asmadi/Humas)