UNIZAR NEWS, Mataram – Gedung Teater Ahmad Firdaus Sukmono Universitas Islam Al-Azhar (UNIZAR) menjadi saksi berlangsungnya kegiatan Workshop Coaching Clinic Proposal Hibah Kemdiktisaintek: Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kosabangsa yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNIZAR pada Rabu, 26 Februari 2025. Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WITA hingga selesai ini menghadirkan Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si sebagai narasumber utama.
Dalam wawancara di sela akhir kegiatan, Prof. Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si, menekankan bahwa tujuan utama workshop ini adalah meningkatkan kinerja dosen, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat. “Dosen harus mampu membangun simpati dengan menerapkan hasil risetnya untuk kebutuhan masyarakat. Dari situlah mereka mendapatkan kinerja akademik yang dapat menunjang kenaikan jabatan fungsional dan juga meningkatkan klaster institusi akademiknya,” ungkapnya.
Menurut Prof. Widnyana, salah satu kendala utama yang dihadapi dosen dalam mengajukan proposal hibah adalah kurangnya pemahaman terhadap proses dan teknis penyusunan proposal. “Kalau pemahamannya lemah, tentu proposal yang dihasilkan tidak berkualitas,” katanya. Oleh karena itu, workshop ini dirancang untuk memperkuat pemahaman dasar sehingga para dosen mampu menyusun proposal secara sistematis dan sesuai dengan kebutuhan mitra masyarakat. “Dosen harus turun ke lapangan, mencari mitra yang akan dibantu, dan memahami kebutuhan mereka. Proposal yang diajukan harus terstruktur dengan baik dan mudah dipahami agar peluang lolos pendanaan semakin tinggi,” tambahnya.
Dalam penyusunan proposal hibah, mengikuti panduan dan skema yang telah ditetapkan menjadi hal yang sangat penting. Prof. Widnyana mengingatkan bahwa dosen tidak boleh mendesain proposal sesuka hati, tetapi harus berpedoman pada acuan yang ada. “Setiap skema hibah memiliki template dan alur yang berbeda. Oleh karena itu, sangat penting bagi dosen untuk memahami dan mengikuti panduan yang sudah ditetapkan agar tidak keluar dari jalur yang semestinya.”
Lebih lanjut, Prof. Widnyana menjelaskan bahwa perguruan tinggi di klaster menengah ke bawah masih membutuhkan dukungan dalam pengembangan teknologi dan inovasi hasil penelitian. Oleh karena itu, program Kosabangsa menjadi salah satu strategi yang sangat relevan dalam mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi di berbagai klaster. “Perguruan tinggi pelaksana Kosabangsa lebih memahami kebutuhan wilayahnya sendiri. Mereka kemudian mencari mitra dari perguruan tinggi klaster utama atau mandiri yang memiliki teknologi yang lebih maju untuk menjawab kebutuhan masyarakat,” jelasnya. Lebih jauh, ia menekankan bahwa jika pendanaan dari dunia industri dapat turut serta dalam proyek-proyek ini, maka dampaknya bagi masyarakat akan lebih besar dan berkelanjutan.
Prof. Widnyana juga menegaskan bahwa dosen harus dibudayakan agar terbiasa melakukan riset dan pengabdian kepada masyarakat. Menurutnya, dosen perlu mendapat dorongan dari lembaga agar lebih aktif dalam penelitian dan pengabdian. “Jika tidak ada tuntutan, dosen cenderung pasif. Maka dari itu, lembaga harus menyediakan mekanisme yang mendorong mereka, baik dalam bentuk penghargaan (reward) maupun konsekuensi (punishment). Dengan begitu, mereka akan lebih terdorong untuk terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya.
Dengan adanya workshop ini, diharapkan kualitas proposal yang diajukan dosen UNIZAR semakin meningkat, baik dari segi penulisan maupun sistematika. Hal ini akan membuka peluang lebih besar bagi proposal mereka untuk lolos pendanaan dari pemerintah pusat dan industri, sehingga manfaat penelitian dan pengabdian dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Workshop ini menjadi bukti nyata komitmen UNIZAR dalam mendukung peningkatan kapasitas akademik dosennya serta mendorong kontribusi nyata bagi pembangunan masyarakat melalui penelitian dan pengabdian yang berkualitas. (Asmadi/Humas)