UNIZAR NEWS, Mataram – Biro Akademik Universitas Islam Al-Azhar (Unizar) kembali menyelenggarakan kegiatan Rekonstruksi Kurikulum Berbasis Merdeka Belajar dan Outcome Based Education (OBE). Kali ini kurikulum yang direkonstruksi yakni kurikulum Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik (FT) Unizar. Acara berlangsung selama dua hari, dari hari Jumat hingga Sabtu, 23-24 Juni 2023, di Ruang Rapat GA8 Gedung Rektorat Unizar.
Narasumber dalam acara ini adalah Guru Besar dari Universitas Udayana, Prof. Ir. Putu Alit Suthanaya, ST., M.Eng.Sc., Ph.D. Hadir juga pada kesempatan tersebut para pejabat Rektorat, civitas akademika FT Unizar, dan juga tim media Unizar.
Dalam pemaparan materinya, Prof. Putu Alit meluruskan pemahaman yang keliru terkait dengan Outcome Based Education.
“Ada beberapa yang keliru menganggap OBE sebagai kurikulum. OBE bukanlah kurikulum, namun sebuah sistem pendidikan yang berbasis outcome dan bisa mengukur kemampuan mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang direncanakan. Capaian pembelajaran lulusan (CPL) merupakan landasan utama pengembangan kurikulum ini,” paparnya.
Beliau juga menekankan bahwa dosen merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung terlaksananya sistem pendidikan berbasis outcome ini.
“Dosen memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung terlaksananya sistem pendidikan berbasis outcome, selain juga aspek kurikulum, sistem pendukung, tata kelola, tata pamong, sumber daya finansial, sarana dan prasarana, serta proses pembelajaran. Semua dosen harus berpartisipasi secara aktif, mampu menyusun dan melaksanakan rencana pembelajaran semester hingga mampu menilai capaian pembelajaran mata kuliahnya.”
Selain itu, Prof. Putu Alit juga menjelaskan aspek-aspek penunjang OBE, yang terdiri dari OBC, OBLT, dan OBAE.
“OBC merupakan singkatan dari Outcome Based Curriculum. Ini terkait dengan bagaimana sebuah kurikulum itu dikembangkan secara selaras berdasarkan CPL. Bagaimana CPL dicapai itu terkait dengan OBLT atau Outcome Based Learning and Teaching. Salah satu prinsip penting OBLT adalah ketepatan pemilihan bentuk dan metode pembelajaran yang akan dilakukan, termasuk bentuk pembelajaran di luar prodi atau kampus pada program MBKM. Yang terakhir, bagaimana kita bisa menjamin bahwa CPL itu bisa dicapai terkait dengan OBAE, Outcome Based Assesment and Evaluation. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan pada hasil pencapaian CPL. Demikian juga evaluasi kurikulum dilakukan pada pencapaian CPL Program Studi, dan hasilnya digunakan untuk perbaikan berkelanjutan,” jelas alumnus The University of New South Wales ini.
Terkait dengan penyusunan materi kuliah, Prof. Putu Alit menjelaskan piramida tingkatannya. Mata kuliah di tingkat awal bersifat pengantar (introductory). Mahasiswa diasah kemampuannya dalam mengingat (remember) dan memahami (understand). Di level atasnya, mata kuliah di bagian tengah bersifat penguatan (reinforcement). Di tahap ini, kemampuan yang lebih ditekankan adalah pengaplikasian (apply) dan analisis (analyze). Di tahap paling atas, mata kuliah capstone bersifat evaluasi (evaluation), keahlian dan sikap yang diasah dari hasil pembelajaran terkait dengan create dan evaluate.
Dalam FGD Rekonstruksi Kurikulum Prodi Teknik Sipil Unizar ini, partisipasi Prof. Putu Alit sebagai narasumber memberikan wawasan berharga bagi pengembangan pendidikan di bidang teknik sipil. Dengan pengalaman dan keahliannya yang mendalam, Prof. Putu Alit telah memberikan kontribusi penting dalam memperkuat pemahaman akan tantangan masa depan di bidang ini. Diharapkan hasil diskusi ini akan menjadi landasan untuk penyempurnaan kurikulum dan mempersiapkan para mahasiswa dengan kompetensi yang relevan dan berdaya saing. (*)