UNIZAR NEWS, Semarang – Pada hari Kamis, 2 November 2023, terjadi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang mengikat antara Rektor Universitas Islam Al-Azhar (Unizar), Dr. Ir. Muh. Ansyar, MP., dan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, yang diwakili oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Dr. Adin Bondar, M.Si. Acara bersejarah ini diadakan di Ballroom Borobudur, Hotel Santika Premiere, Semarang.
Selain penandatanganan MoU, dilaksanakan pula penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara Kepala Perpustakaan Unizar, Zul Hadi Fatawi, SIP., dan Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi, Drs. Nurcahyono, SS., M.Si.
Universitas Islam Al-Azhar adalah salah satu dari 59 (Lima Puluh Sembilan) universitas di Indonesia yang ikut serta dalam acara bersejarah ini. Penandatanganan MoU dan MoA ini merupakan rangkaian acara Konferensi Internasional Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) ke-2 yang dikelola oleh FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) Pusat. Konferensi ini mengambil tema yang relevan dengan perkembangan zaman: “Upscaling Academic Library Resources As a Strategy to Navigate The Post-Pandemic Era, Digital Transformation and Society 5.0 in The Interconnected World.”
Konferensi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kemendikbud, Prof. Ir. Nizam, M.Sc, DIC, Ph.D, serta narasumber terkemuka seperti A/Prof Lee San Natalie Pang dari National University of Singapore, Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A. dari Pradita University, dan Safirotu Khoir, Ph.D dari Universitas Gadjah Mada. Diskusi dipandu oleh moderator Chandra Pratama Setiawan, M.Sc. dari Universitas Kristen Petra.
Prof. Nizam, dalam sambutannya, menyoroti pentingnya bertransformasi secara bijak dalam menghadapi revolusi industri 5.0 dan era transformasi digital. Ia menekankan peran penting perpustakaan sebagai penjaga ilmu pengetahuan yang terverifikasi dan valid, serta perlunya berhati-hati dalam menghadapi berbagai informasi palsu yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligence).
“AI memang dikemas dengan cara agar seperti manusia dalam menjawab pertanyaan, sehingga menghasilkan halusinasi kebenaran yang membutuhkan kehati-hatian kita semua. Transformasi digital yang terjadi dengan kemajuan teknologi harus diantisipasi dan respon secara bijak, sekaligus cerdas. Oleh karenanya, kehadiran perpustakaan menjadi sangat penting, sebagai tempat menjaga ilmu pengetahuan yang telah tervalidasi. Hal ini membutuhkan keberanian dari para pustakawan dan seluruh insan di bidang kepustakaan untuk juga bertransformasi dengan memanfaatkan teknologi dan platform yang ada,” jelasnya.
Dr. Adin Bondar menggarisbawahi perlunya pembaharuan dalam format perpustakaan dan meningkatkan literasi di era revolusi industri 5.0. Dalam kondisi dimana teknologi menggantikan pekerjaan, universitas harus berperan kunci dalam menciptakan pekerjaan baru dan menciptakan barang dan jasa berkualitas.
“Perlu ada format baru yang harus kita diskusikan, seperti apa perpustakaan yang harus dikembangkan. Dalam satu laporan, peluang dan tantangan di era revolusi industri 5.0 adalah 60% bidang pekerjaan di dunia digantikan oleh teknologi, tetapi 28 juta pekerja baru hadir sebagai dampak dari teknologi, bangkitnya online. Artinya, dalam kondisi ini, perguruan tinggi sangat berperan penting. Dalam konteks ini, literasi tidak hanya dilihat dari aspek baca-tulis, mengindentifikasi, menganalisis, dan mensintesis informasi, tetapi kemampuan menciptakan barang dan jasa berkualitas,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Dr. Adin Bondar juga menyoroti pentingnya transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses dan memanfaatkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas hidup mereka. Perpustakaan menjadi ruang terbuka dimana semua orang dapat menciptakan, mengakses, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, sehingga memberdayakan masyarakat secara keseluruhan.
Penandatanganan MoU dan MoA antara Unizar dan Perpusnas RI, bersama dengan diskusi yang disajikan dalam KPPTI ke-2, mencerminkan komitmen untuk menghadapi tantangan masa depan dalam dunia pendidikan dan perpustakaan dengan strategi yang bijak, berfokus pada transformasi digital, inklusi sosial, dan peningkatan literasi di era pasca-pandemi. (*)